Sabtu, 20 Mei 2006

KKL I


Lokasi praktikum lapang mata kuliah Kuliah Kerja Lapang I (KKL I) yaitu dilaksanakan di Kabupaten Maros, kabupaten Barru, Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone

Pelaksanaan praktikum lapang yaitu di laksanakan pada hari jum’at sampai hari minggu pada tanggal 4 – 6 Mei 2007.

Dari hasil perjalanan, pengamatan dan pengukuran gejaja-gejala geologi, geomorfologi, sosial dan ekonomi yang ada di lapangan, maka adapun analisis dan pembahasan dari beberapa gejala yang ada pada tiap lokasi- lokasi tersebut:

1. Water Boom Mattampa

Lokasi ini merupakan tempat wisata berada di kecamatan Segeri Kabupaten Pagkajene Kepulauan tapi lokasi ini di cancel karena tersendak masalah persuratan

2. Tanjung Butung

Lokasi ini berada di desa LasitaE kecamatan Tanete Rilau kabupaten Barru. Lokasi ini tepatnya berada pada koordinat 4°33’21,2” LS dan 119°35’34,8” BT dengan ketinggian 0 m dpl.

Lokasi ini adalah merupakan pantai yang mengalami abrasi ini terlihat pada dasar pantainya yang terdapat singkapan batu gamping yang disebut dengan Wave-Cut Plate Form selain itu di bagian dekat dengan air laut terdapat pengendapan pasir-pasir halus hasil pengikisan/abrasi oleh ombak yang disebut dengan Wave-Built terrace, dari hasil pengukuran dari salah satu batuan yang tersingkap pada dasar pantai Tanjung Butung tersebut didapat Dip = 10° atau 11,11% dan strike = 355°. Tapi di daerah ini tidak terbentu semacam bentuk lahan proses marin seperti Notch, Overhanging cliff dan cliff karena kondisi pantainya yang sudah di pondasi, sehingga tidak memungkinkan ombak terus mengabrasi pantai tersebut sampai kedalam lagi.

2. Bulu 1

Lokasi yang kedua adalah Bulu Satu kabupaten Barru yang tepatnya berada pada koordinat 4°29’58,3” LS dan 119°45’54,2” BT serta memiliki ketinggian Meter Dpl., Bulu satu pada bagian puncak merupakan batuan beku (vulkanis) yang sama sekali tidak ditumbuhi oleh vegetasi selain lumut, batuan ini merupakan batuan intrusi yang mana magma keluar melewati sepanjang retakan-retakan blok-blok batuan kerak bumi pada saat terjadinya depresi walanae.

Sedangkan pada bagian lereng tengah sudah ditumbuhi oleh berbagai jenis pohon dengan sistem pertanamannya Croping Countur dan pada bagian lereng bawah yang merupakan daerah erosi horisontal dan pengendapan merupakan lahan persawahan terrasering yang subur. Pada sebelah barat dari gunung ini merupakan lembah dengan hamparan persawahan terrasering.

3. Batuan beku

Lokasi yang menjadi objek kajian kami selanjutnya pada Batuan Beku di Desa Harapan Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru yaitu tepatnya pada koordinat 4°30’40,0” LS dan 119°47’12,0” BT dengan ketinggian 702 meter Dpl. Yang diamati pada lokasi ini yaitu banyaknya terdapat singkapan batuan baku yang berwarna hitam. Batuan beku ini terbentuk didalam bumi oleh kerja intrusi magma, tetapi karena adanya proses erosi diatasnya sehingga muncul dipermukaan sebagai singkapan dan batuan ini terbentuk insitu. Terdapatnya retakan-retakan pada blok-blok batuan beku ini diakibatkan oleh proses terbentuknya dan pembekuannya tidak secara kontiyu oleh adanya desakan dan tekanan yang ada dibawahnya, batuan beku ini merupakan batuan beku Diorit sedangkan jika batuan beku ini dipecah terlihat kristal-kristal kecil yang sedikit ini diakibatkan oleh proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk batu kristal, struktur batuan seperti ini disebut amorf.

Kandungan kimia dari penyusun batu diorit ini biasanya adalah Na-Plagioklas, amfibol dan sedikit biotit

Disebelah utara dari lokasi pada dindin bukit yang terdiri dari batuan beku terdapat escartmen yang memanjang dengan retakan retakan pada bukit itu, hal ini merupakan sebuah patahan besar dan daerah ini merupakan sebuah Horst, sedangkan disebelah selatan dari lokasi kami merupakan bukit yang merupakan perkebunan heterogen.

4. Bulu Dua

Berada antara perbatasan Kabupaten Soppeng dan Barru, tapi lokasi ini tidak masuk dalam objek kajian cuma sekedar singgah makan dan istirahat saja.

5. Barata

Pada objek kajian kami yang pertama di kabupaten Soppeng yaitu tepatnnya di desa Barata kecamatan Mario Riawa, objek yang dapat dikaji pada daerah ini adalah batu serpih yang tersingkap pada lereng bukit pada lokasi ini. Batu serpih pada lokasi ini berwarna agak cokelat kehitam-hitaman dan sudah banyak mengalami pelapukan.

Batu serpih ini merupakan salah satu dari jenis batuan sedimen klastis, dimana terbentuk dari endapan lempung dan lanau yang susunan partikelnya Sangat kecil dari hasil perombakan batuan yang berukuran besar akibat kerja erosi sehingga jenis batuan ini padat dan agak keras

Batu serpih pada awalnya terbentuk di laut dasar, dimana endapan halus berupa lempung dan lanau yang terbawah oleh sungai ke laut dari hasil mengerosi dan mengikis batuan yang ada di darat. Endapan lempung dan lanau tadi kemudian diendapkan di dasar laut dan lama kelamaan endapan tersebut akan bertambah banyak, sehingga endapan berupa lempung dan lanau yang berada dibawah tadi akan mengalami tekanan dari endapan baru yang ada di atasnya, sejalan dengan waktu dengan pertambahan endapan yang semakin banyak sehinnga endapan yang ada di bawah tadi menjadi semakin tertekan hinggá akhirnya menjadi kompak dan mengeras, endapan yang mengeras dan kompak tadi kemudian ditemukan di daratan yang dinamai batu serpih yang diakibatkan oleh proses pengangkatan. Jika endapan tersebut mengalami tekanan yang sangat kuat sekali maka akan terbentuk batu sabak.

Struktur perlapisan batu serpih yang tebal dan tipis menggambarkan iklim pada masa tersebut. Dimana yang lapisannya tebal memberikan gambaran bahwa pada basa itu terjadi musim penghujan yang banyak membawah endapan-endapan ke laut sehingga lapisannya pun tebal, kemudian yang tipis merupakan gambaran bahwa pada masa tersebut merupakan musim kemarau yang kering sehinnga endapan yang terbawah ke laut sedikit.

Selain memiliki struktur perlapisan, batu serpih juga memiliki struktur yang mana batu ini dapat dipecah dengan mudah melalui bidang lapisannya yang disebut dengan fisility.

Pada pengukuran batu serpih yang tersingkap pada lereng bukit dengan koordinat 4°29’48,7” LS dan 119°53’25,2” BT dengan ketinggian 178 m dpl didapat nilai dip = 19° atau 21% dengan strike = 220° . Sedangkan pada pengukuran singkapan batu serpih pada bukit disampingnya yang berada pada koordinat 4°33’21,1” LS dan 119°35’34,8” BT pada ketinggian 183 m dpl didapat nilai dip = 14° atau 15,6% dengan strike = 130°, kedua singkapan ini kemunkinan dulunya bersambung tetapi karena sudah terpotong akibat penggalian yang mana diantara singkapan ini merupakan perumahan.

Selain itu pada lokasi ini juga ditemukan semacam bidang fleksur yaitu bidang patahan yang tidak menimbulkan rekahan, dua lapisan batu serpih saling bertumbuk dan miring, lapisan yang atas miring kekanan dengan dip 11° dan strike 164° dan lapisan bawahnya miring kekiri dengan dip juga 11° dan dengan strike 200°.

6. Basecamp I

Tempat peristirahatan tuk menginap malam pertama di Cabbenge Kabupaten Soppeng atau Dina's Home

6. Taman Wisata Lejja

Taman wisata permandian air panas Lejja yang merupakan objek kajian yang ketiga di Kabupaten Soppeng tepatnya di Desa Bulu Kecamatan Mario Riawa, yang menarik dari lokasi ini yaitu fenomena air panas (hot spring) yang mengandung belerang yang keluar dari formasi batu gamping yang berada pada lereng yang sedikit terjal dan bergelombang

Proses terjadinya air panas ini yaitu pada daerah puncak pegunungan terjadi presipitasi kemudian mengalami imfiltrasi kedalam tanah dan kemudian masuk melewati dua lapisan batuan yang kedap air (aquifer) yang mana lapisan batuan bawahnya bersinggungan langsung dengan intrusi magma, sehingga air yang tadinya dingin menjadi panas, disamping mengalami pemanasan air ini juga kemudian mengalami pencampuran dengan gas-gas belerang yang berasal dari magma yang keluar melewati retakan-retakan batuan, setelah air mencapai suatu lubang atau retakan maka akan keluar menjadi sumber air panas.

Tingginya suhu pada air panas dipengaruhi karena kemungkinan panjangnya pajalanan air dari sumber pemanasannya sampai pada sumber air tersebut keluar atau karena tebalnya lapisan batuan yang bersinggungan langsung dengan intrusi magma. Suhu sumber mata air panas Lejja ini kira-kira 80°C.

Adapun kegiatan-kegiatan ekonomi yang di lakukan oleh masyarakat di sekitar ataupun di dalam taman wisata permandian air panas Lejja ini yaitu pedagan asongan dan makanan ringan, sewa villa/penginapan dan tikar, jasa pemarkiran, pembayaran karcis masuk dan MCK dan lain sebagainya, biaya sewa penginapan biasanya berkisar Rp. 50.000 – Rp 150.000.

Dari asfek budayanya di Lokasi objek wisata ini masih banyak terdapat kepercayaan-kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang, misalnya adanya budaya menggantung botol pada pohon yang disebut dengan istilah Saukang dengan maksud supaya keinginan dapat dikabulkan, budaya melipat daun serta budaya mencuci muka untuk keselamatan.


7. Basecamp II

Tempat peristirahan ke II untuk bermalam di Desa Unra Kecamatan Awampone Kebupaten Bone, sekaligus dilakukan diskusi dan uji pengetahuan pembacaan alat dan peta.

9. Tanjung Pallette

Lokasi ini ju dicancel karena masalah persuratan, berada di Kecamatan Tanete Riattang Timur Kotif Watampone. tapi kami bisa mengambil gambar di lokasi ini

10. Mattirotasi

Lokasi yang menjadi objek kajian kami yang ke enam yaitu Mattiro Tasi Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone dengan koorninat 4°29’04,4” LS dan 119°24’0,19” BT serta ketinggian Meter Dpl, lokasi ini berada di dekat laut, adapun gejala-gejala geologi yang ada di lokasi ini yaitu merupakan daerah berbatu gamping (kapur), dan gejala-gejala geomorfologinya yaitu daerah ini merupakan daerah bertofografi karst sekaligus lokasi yang dipengaruhi oleh bentuklahan bentukan asal marin.

Seperti yang kita ketahui batu gamping itu pertamanya terbentuk dilaut dengan fases laut dangkal oleh kerja binatang-binatang Karang yang telah mati, kemudian batu kapur yang berada pada laut dangkal tersebut kemudian terangkat menjadi daratan oleh kerja tenaga endogen, karena lokasi terangkatnya berada di daerah dekat laut makah batu gamping ini kemudian terus diabrasi oleh laut dengan kegiatan gelombang dan arus laut yang membawah material-material pasir yang kemudian dihempaskan pada batu kapur tersebut. Dengan kekuatan gelombang pada daerah ini yang membawah material-material pasir (Swash), batu gamping tersebut akan terkikis oleh hempasan gelombang tersebut, hasil kikisannya tadi akan membentuk semacam gua atau lubang yang disebut Notch sedangkan batu yang menggantung diatasnya disebut dengan Overhanging Cliff , Notch ini lama-kelamaan akan semakin besar sejalan dengan kerja gelombang tadi, apabila massa batuan yang ada diatas (Overhanging Cliff) lubang/notch ini tidak mampu lagi melawan gaya gravitasi maka akan jatuh dengan retakan yang mengikuti diaklas-diaklas pada batu gamping ini yang disebut dengan Rock fall, dan dindin patahan yang ditinggalkannya disebut dengan Cliff.

Disepanjang dari pantai berbatu ini banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis vegetasi misalnya pohon ketapang, pohon gabus yang berukuran kecil, kelapa, jambu mente serta bakau.

11. Sumpang Labbu

Sekedar istirahat dan menyaksikan pemandangan kawasan karst

12. Cagar Alam Karaenta

Lokasi ini berada di Kecamatan camba, akan tetapi karena kondisi hujan yang semakin deras jadi objek ini juga di cancel, dan kami melanjutkan perjalanan pulang ke Makassar

Rujukan:

Doc. Geografi Fisis dan Geografi Manusia, 2007




Tanks! Follow Me....