Senin, 02 Maret 2009

Geografi 1-2 Al Qur'an (Part 3)

Pembentukan Hujan dan Awan

Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan..
Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.
Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,

"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (Al Qur'an, 30:48)

Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.

TAHAP KE-1: "Dialah Allah Yang mengirimkan angin..."
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air".


TAHAP KE-2: “...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal..."
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.


TAHAP KE-3: "...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya..."
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan:


"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (Al Qur'an, 24:43)

Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:

TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.

TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.

TAHAP - 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb.

Kadar Hujan

Fakta lain yang diberikan dalam Al Qur’an mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut;

"Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)." (Al Qur'an, 43:11)

Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 trilyun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut "ukuran atau kadar" tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.

Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Al Qur’an.

Per tahunnya, air hujan yang menguap dan turun kembali ke Bumi dalam bentuk hujan berjumlah "tetap": yakni 513 triliun ton. Jumlah yang tetap ini dinyatakan dalam Al Qur'an dengan menggunakan istilah "menurunkan air dari langit menurut kadar". Tetapnya jumlah ini sangatlah penting bagi keberlangsungan keseimbangan ekologi dan, tentu saja, kelangsungan kehidupan ini.

Sumber:

Ayat Suci Al Quran

(Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology, s. 141-142)





Skala

Seperti yang kita ketahui bahwa peta itu adalah kenampakan permukaan bumi yang digambarkan pada bidang datar yang lebih kecil dari kenyataan. Perbandingan ukuran/besarannya kenampakan yang digambar dalam peta dengan kenampakan aslinya itulah yang disebut dengan skala. Yang perlu dingat adalah bahwa skala peta hanya menyatakan perbandingan jarak-jarak mendatar saja, kecuali jika peta tersebut dilengkapi dengan kontur maka skala dapat berfungsi menjadi perbandingan skala tegak. Tanpa pengetahuan mengenai skala maka kita akan kesulitan dalam mengetahui ukuran-ukuran kenampakan dalam peta.

Pengertian Skala Peta
Skala peta dapat dimaknai sebagai perbandingan antara jarak yang memisahkan dua titik yang sama dipermukaan bumi, secara singkat dapat dinyatakan:
Angka perbandingan biasanya harus dinyatakan dengan menggunakan satuan ukuran yang sama, misalnya; cm, yard, inci, dsb. Jarak yang dimaksud dalam peta adalah jarak horizontal, yakni jarak yang sudah di proyeksi kan dari hasil pengukuran lapangan.
Jenis-jenis Skala
Skala peta dapat dinyatakan dalam tiga bentuk yaitu:
  1. Skala Pecahan (Numerik Scale atau Representative Fraction (RF))
    Skala yang dinyatakan dengan cara ini merupakan cara yang paling mudah dimengerti karena perbandingan jarak di peta terhadap jarak di permukaan bumi (di lapangan) dinyatakan dalam bentuk pecahan yang sederhanya, misalnya:
    Skala = 1 : 50.000 atau ditulis 1/50.000
    Ini berarti 1 satuan jarak di peta sesuai dengan 50.000 kesatuan jarak yang sama di permukaan bumi (di lapangan) skala 1 : 50.000 berarti:
    1 cm di peta : 50.000 cm di permukaan bumi, atau
    1 inci di peta : 50.000 inci di permukaan bumi, atau
    1 yard di peta : 50.000 yard di permukaan bumi.
  2. Skala Inci terhadap mil (Inch to mile scale)
    Skala ini disebut dengan verbal scale, dan lebih banyak digunakan oleh peta-peta Inggris dan Amerika Serikat. Skala inci menunjukkan sejumlah inci di peta sesuai dengan jumlah mil di permukaan bumi. Misalnya:
    Scale : 1 inch to 5 miles
    Artinya:
    1 inci jarak di peta sama dengan 5 mil di permukaan bumi.
    Catatan:
    1 mil : 63.360 inci
    1 inci : 2,54 cm
    1 mil : 1,60934 km
    1 kaki : 12 inci
    1 kaki : 0,3040 meter
    1 mil laut : 1,852 km
  3. Skala Grafik (Graphyc scale)
    Skala ini ditunjukkan oleh sebuah garis yang umumnya digambarkan pada tengah-tengah sebelah bawah peta. Garis lurus tersebut dibagi dalam bagian yang sama secara teliti, dan pada kedua ujung dari garis itu diberi angka yang menunjukkan jarak sesungguhnya yang dimulai dengan angka 0 (nol).
    Skala ini biasa juga disebut Road Scale atau Line Scale contoh:
    Skala grafik ini memiliki keuntungan karena bila diperbesar atau diperkecil dengan foto, maka perbandingan ukuran skala terhadap peta akan tetap, tentu saja karena bagian skala ini ikut menjadi besar atau menjadi kecil. Skala grafik hanya hanya digunakan pada peta-peta yang berskala besar.

Merubah Jenis Skala
Dalam merubah suatu skala kejenis skala yang lain harus tetap pegangan pada arti dan maksud dari masing-masing skala.
Misalnya:
Suatu peta yang menggunakan skala pecahan atau skala angka 1:250.000, kemudian skala tersebut ingi dirobah kedalam bentuk skala grafik dan skala inci.

  1. Skala grafik
    1 cm jarak di peta = 250.000 cm jarak di permukaan bumi (lapangan), atau 1 cm di peta 2,5 km di permukaan bumi. Sekarang skala grafiknya digambar dengan masing-masing berjarak tiap 1 cm menunjukkan 2,5 km di permukaan bumi atau 2 cm menjukkan 5 km di permukaan bumi.
  2. Skala Inci terhadap mil
    Dari skala numerik dapat dinyatakan bahwa:
    1 inci jarak di peta = 250.000 inci di permukaan bumi. Oleh karena 1 mil = 63.000 inci maka:
    1 inci di peta = x 1 mil
    = 3,95 mil
    = 4 mil (dibulatkan)
    Jadi, skala incinya ditulis : 1 Inch to 4 miles

Memperbesar dan Memperkecil Skala
Skala dapat dirubah sesuai dengan ukuran yang diinginkan, melalui beberapa cara yaitu:

  1. Fotografi
    Peta yang akan diperbesar atau diperkecil dipotret menjadi klise (negatif) kemudian diafdruk untuk menjadi positif kembali. Pembesaran atau pengecilan distel pada jarak dan diafragma antara kamera dengan peta. Peta yang akan dirobah skalanya dengan metode fotografi sebaiknya menggunakan skala grafik, karena dengan pembesaran dan pengecilan skalanya tetap nilainya sebanding. Metode ini juga dapa dilakukan dengan menggunakan mesin fotokopi dengan mengatur brapa kali pembesaran atau pengecilan pada mesin tersebut.
  2. Square Method
    Peta yang akan dirobah skalanya diberi garis-garis petak dimana pada kertas gambar tempat menyalin petak tersebut dibuat sesuai dengan yang diinginkan.
    Misalnya:
    Suatu peta dasar berskala 1 : 50.000, dengan diberi peta-petak yang sisinya = 1 cm. peta tersebut akan diperkecil menjadi skala 1 : 100.000 dan diperbesar menjadi skala 1 : 25.000, maka petak yang harus dibuat pada kertas gambar dengan sisi adalah:
    L pt = Sps/Spt x L ps
    Dimana:
    L pt = Besar sisi petak pada peta yang dicari
    S ps = Skala peta dasar
    S pt = Skala peta yang di cari besar sisi petaknya
    L ps = Besar sisi petak pada peta dasar
    Apabila peta diperkecil:
    Sisi petak peta baru = 50.000/100.000x 1 cm
    = 0,5 cm
    Apabila peta diperbesar:
    Sisi petak peta baru = 50.000/25.000 x 1 cm
    = 2 cm
  3. Pentograf
    Pentograf adalah sebuah alat yang digunakan untuk memperbesar atau memperkecil skala peta. Cara kerja alat ini bergerak dengan posisi paralellogram (gerakakn sejajar). Alat ini paling banyak digunakan dalam pekerjaan merobah skala peta. Pentograf terdiri dari berbagai macam ukuran dari yang kecil sampai yang sangat besar.
  4. Fotostat
    Memperbesar atau memperkecil skala dengan fotostat biasa juga disebut sketschmaster. Salah satu instrumet dalam jenis ini adalah camera lucida.
    Proses kerja alat ini adalah memantulkan sinar melalui sebuah prisma yang membawa bayangan peta yang akan diperbesar/diperkecil. Pada bayangan inilah dapat kita gambar peta yang diinginkan.

Menentukan Skala
Sering kita menemukan peta yang amak dibutuhkan, tetapi dalam peta tersebut tidak dicantumkan skalanya. Supaya peta itu dapat digunakan untuk berbagai keperluan terutama yang menyangkut data tentang ukuran panjang/jarak dan luas maka peta tersebut harus diberi skala. Persoalan ini bagaimana caranya ?????
Ada beberapa cara untuk menentukan skala peta yang tidak mencantumkan skalanya yakni:

  1. Peta yang bersangkutan dibandingkan dengan peta-peta atau potret udara yang mempunyai skala
    Misalnya:
    Kita mengambil jarak 2 titik mislanya A – B pada peta yang tidak berskala. Jarak kedua titik tersebut diukur dengan mistar, misalnya 5 cm
    Langkah berikutnya kita lihat pada peta yang mempunyai titik A – B yang mempunyai skala, misalnya 1 : 100.000. dan setelah diukur jarak A – B pada peta misalnya 10 cm. dengan demikian skala peta dapat ditentukan dengan formula, yaitu:
    S pt = Lps/Lpt x S ps
    Dimana:
    S pt : Skala peta yang dicari
    L ps : Jarak pada peta yang mempunyai skala
    L pt : Jarak pada peta yang tidak mempunyai skala
    S ps : Skala peta yang ada

    S pt = 10/5x 100.000
    = 200.000
    Jadi, Skalanya yaitu 1 : 200.000
  2. Dengan membandingkan titik-titik di peta dengan titik-titik di lapangan yang sama, yang jaraknya telah diketahui
    Bila kita menentukan peta yang tidak berskala, maka cara menentukan skalanya yaitu:
    Mula-mula ambil jarak 2 titik misalnya titik C – D pada peta yang tidak berskala, jarak C – D pada peta ini diukur dngan mistar, misalnya 4 cm. titik C – D pada peta tersebur kita cek di lapangan dan diukur beberapa jaraj sesungguhnya, misalnya jarak C – D = 2 km atau 200.000 sm. Skala peta dapat ditentukan dengan membandingkan kedua jarak tersebut dengan formula:
    S pt = Lpt/Lm
    Dimana:
    S pt : Skala peta yang dicari
    L pt : Jarak pada peta yang tidak mempunyai skala
    L m : Jarak Sesungguhnya di lapangan

    S pt = 4/200.000
    = 1/50.000
    Atau = 1 : 50.000
    Jadi, skala peta yang dicari 1 : 50.000
  3. Dengan menghitung 2 buah garis paralel/meridian
    ada dua cara dalam menghitung jarak 2 buah garis berdasarkan grid yang digunakan yaitu:
    Geography Grid
    Suatu peta tidak berskala tetap mempunyai Geography Grid dapat ditentukan skalanya dengan menghitun jarak dua garis paralelnya. Sepertti diketahui bahwa 1° lintang = 69 mil atau 111,04446 km
    Misalkan:
    * Jarak antara garis paralel 41°00’00” LU dengan garis paralel 41°05’00” LU = 5 cm
    * Ini berarti jarak 5 cm ini sama dengan 00°05’. Sehingga jarak 1°=12 x 5 cm = 60 cm (karena 5 menit =1/12°)
    * 1° = 60 cm sama dengan 111,04 km (dibulatkan 111 km ) arak sesungguhnya adalah 11.100.000 cm.
    * Karena 60 cm = 11.100.000 cm maka skala dapat dihitung yakni:
    = 60/11.100.000
    = 1/185.000
     Jadi, skala peta yang dicari adalah 1 : 185.000
    Militairi Grid
    Seperti yang kita ketahui bahwa Militairi Grid terdiri dari garis-garis yang diberi angka dalam ribuan meter (biasa juga dinyatakan dalam yard), maka dalam menentukan skala maka kita dapat memilih 2 garis yang kita kehendaki. Berdasarkan perbedaan angka antara kedua garis tadi kita dapat mengetahui jarak sesungguhnya di lapangan karena angka-angka jarak tertera pada garis tersebut, dan dengan mengukur jarak antara kedua garis tadi pada peta kita akan dapat menentukan skalanya.
    Misalnya:
    * Pertama kita memilih dua garis militairi grid misalnya grid 787000 m East dan 788000 m East.
    * Perbedaaanya = 1000 meter, 1000 meter ini berarti jarak sesungguhnya di permukaan bumi
    * Kita ukur jarak kedua garis tersebut di atas peta misalkan 2 cm
    * Kalau 2 cm di peta menunjukkan 1000 meter di permukaan bumi, maka skalanya:
    = 2 cm/1.000 m
    = 2 cm/100.000 cm
    = 1/50.000
    Jadi, skala peta yaitu 1 : 50.000
  4. Dengan menghitung Interval kontur (interval contur)
    Bila suatu peta mempunyai kontur interval (interval contur), maka skalanya dapat ditentukan dengan rumus
    Skala = 2000 x C.I
    Karena kontur Interval
    C.I = 1/2.000 x Skala

Sumber:
Ansari, Baharuddin. 2002. Bahan Kuliah Pelengkap Kartografi Dasar: Jurusan Geografi FMIPA UNM. Makassar.

Tanks! Follow Me....