Tampilkan postingan dengan label Tempat Wisata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tempat Wisata. Tampilkan semua postingan

Kamis, 30 Agustus 2012

PPLH Puntondo

Welcome To PPLH

Lokasi

PPLH berlokasi di Dusun Puntondo, Desa Laikang, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan, Indonesia 


Latar Belakang

Berlokasi di tepi laut Dusun Puntondo, dengan ombak yang tenang dan alam pedesaan yang masih kental dengan budaya lokal, rumah-rumah panggung berjajar sepanjang jalan dengan masyarakat yang ramah. Peletakan batu pertama pada 18 Agustus 1998, dan diresmikan pada 15 Oktober 2001.

PPLH merupakan lembaga Non Pemerintah yang bergerak di bidang Pendidikan Lingkungan Hidup Non Formal, yang secara legal berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup Puntondo (YPLHP).

 

Program

Program dan kegiatan disusun secara terpadu, dimana peserta selain dapat belajar secara langsung mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan lingkungan hidup juga sekaligus dapat menikmati dan menyatu dengan suasana alam  pedesaan yang tenang dan damai. Sebagai institusi pendidikan non-formal PPLH menjalankan seluruh program dan kegiatan menjadi sebuah proses pembelajaran yang dilakukan secara terbuka, santai dan serius. Program kami adalah gabungan antara studi dan wisata yang diharapkan dapat menggugah kesadaran peserta akan pentingnya memelihara dan melestarikan lingkungan dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan yang nyata.



Peserta program:
Kelompok sasaran kami ditujukan bagi semua golongan dan lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang.
- Pelajar mulai dari TK sampai dengan Perguruan Tinggi
- Kalangan pendidik
- Kalangan LSM dan pemerhati lingkungan
- Kalangan Pemerintah
- Kalangan industriawan dan perbankan
- Keluarga dan masyarakat umum

Metode program:
Untuk melibatkan peserta secara aktif maka digunakan metode partisipatif dimana tercipta suasana belajar yang menyenangkan, terbuka santai dan tercipta pola pikir kritis. Selain itu metode yang digunakan adalah:
- Diskusi dan sharing
- Media audio-visual
- Observasi dan investigasi langsung di lapangan
- Permainan dan simulasi
http://pplhpuntondo.org/wp-content/gallery/pplhpuntondo/1.jpg

Topik program PLH:
- Ekosistem Laut
http://pplhpuntondo.org/wp-content/gallery/pplhpuntondo/4.jpg
- Teknologi Tepat Lingkungan
- Pengelolaan Sampah
- Sosiologi Desa Nelayan
- Outward Bound
- Family Day/Touring/Vacantion
- Field trip edutainment


Fasilitas

Fasilitas Penginapan
1. Bungalow 1-2 (2 Unit)

2. Bungalow 3-6 (3 Unit)
3. Asrama 1 & 2 (2 Unit)
4. Asrama 3 (1 Unit)

Fasilitas Transpotasi Laut
1. Long Boat (1 Unit)

2. Hongkong Boat (1 Unit)

3. Snorkel, Masker & Pelampung (6 Unit)
http://pplhpuntondo.org/wp-content/gallery/pplhpuntondo/5.jpg

Fasiltas Penunjang Lain
1. Meeting Room

2. Perpustakaan
3. Restoran
 
4. Pendopo
PPLH Puntondo #2

Fasiltas Sisi Pantai
1.Pantai Mangrove

2. Pantai Pasir Putih

3. Pantai Berbatu

4. Lapangan

3. Terumbu Karang
http://pplhpuntondo.org/wp-content/uploads/2012/07/Karang-3.jpg
Souvenir
1. T-Shirt

2. Kalung
3. Gelang
4. Bingkai
5. dll


Sumber
1. http://pplhpuntondo.org
2. http://www.facebook.com/pplh.puntondo
3. Panduan Selebaran PPLH Puntondo
4. Prakterk Oceanografi , 9 Januari 2008
5. Tsunami 05 - Tour Takalar, 24 Agustus 2012

Rabu, 29 Agustus 2012

Kompleks Makam Raja-Raja Lamuru

 
Terbentuknya Kerajaan Lamuru

Kapan terbentuknya secara pasti Lamuru sebagai suatu kesatuan Hukum, agak sulit untuk ditentukan secaya pasti, mengingat bahwa hingga kini belum ditemukan suatu data otentik yang menjelaskan kapan berdirinya kerajaan Lamuru.

Tetapi dijadikan lamuru sebagai pemukiman adalah sudah cukup tua. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya artefak-artefak prasejarah sejenis Marospoint dan fleks-fleks yang diperkirakan telah berusia kurang lebih 2.000 tahun sebelum masehi karena terjadi di masa mazelith.

Kesulitan penentuan waktu yang tepat terjadi pula pada kerajaan lain di Sulawesi Selatan. Ini disebabkan karena Sulawesi selatan penemuan tulisan Lontara yang umum dipergunakan di Sulawesi Selatan yang ditemukan padaa masa Pemerintahan Raja Gowa ke IX Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumaparisi Kallonna yaitu sekitar 1500 Masehi.

Pada masa itulah Tumailalang yaitu daeng Pamatte membuat lontara atas perintah Raja Gowa. Huruf lontara itu pada mulanya hanya mempunyai 18 buah huruf saja dan nanti seratus tahun kemudian ditambahkan huruf ha, sehingga menjadi 19 buah seperti sekarang ini.

Tidak seperti halnya dijawa dimana banyak ditemukan prasasti-prasarti yang dapat menjadi petunjuk tentang perkembangan suatu dinasti atau kerajaan.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUWyt5UCWeJvvYLjy5zz0K6yT-tG99f-_Z3RRb_XzOrI8fLqdHTAzTzL8YOo8Z6JHYhLsQWJbl2usi_w7tdhKIDJ5-rfyYBZSXjQyHUL3y70piwgy7Tg6ICGdDDsiIVNQvZaV1PzW6Dzcq/s1600/24072011033.jpg

Maka untuk mencari penentuan waktu suatu fase pemerintahan di Sulawesi Selatan seperti halnya di Gowa, maka perhitungan dimulai pada masa pemerintahan Raja Gowa X, I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga Ulaweng yang tercatat dalam buku lontara memerintah tahun 1547 sampai dengan 1565 yaitu dalam abad ke XVI.

Bertitik tolak dari masa pemerintahan Karaeng Lakiung Tunipalangga Ulaweng di adakan perhitungan kebelakang hingga sampai pada masa pemerintahan raja Gowa yang pertama yaitu Tamanurung.

Bila diperhitungkan bahwa masa Tumanurunge adalah pada abad XIV atau sekitar tahun 1300. Itulah perkiraan masa berdirinya Kerajaan Gowa.

Secara Apriori ada pendapat tentang sejarah pertumbuhan daerah di Sulawesi Selatan, dimana dianggap bahwa sebagai cikal bakal pertumbuhan dan pembentukan suatu kesatuan hokum selalu dimulai dari Tomanurung. Justru itu di  Sulawesi Selatan selain raja Gowa ke I Tomanurung ri Takabasia, dikenal pula Tomanurung lain, seperti ; Mata Silompoe di Bone, Manurunge ri Matajang, Sampurusiang di Luwu, dan Manurunge ri Sakkanyii Soppeng.

Maka demikian pula di Lamuru dikenal dengan Manurunge ri Selorong yang di beri nama atau gelarang Petta Pitue Matanna. Manurunge ri Solorong inilah yang di anggap sebagai cikal bakal pembentukan Lamuru sebagai suatu kesatuan hokum yang berkembang, kemudian menjadi suatu kerajaan yang disebut kerajaan Lamuru yang gelar Rajanya di sebut Datu.

Berdasarkan atas perhitungan masa Tomanurung di Sulawesi Selatan, maka dapatlah diperkirakan bahwa terbentuknya Lamuru sebagai suatu kesatuan hukum yang kemudian berkembang menjadi suatu kerajaan adalah sekitar abad ke XIV. Dari abad ke XIV inilah kerajaan Lamuru membentuk dirinya melayarkan bahtera pemerintahan disela-sela persaingan lainnya di Sulawesi Selatan.

Dengan usaha sendiri serta tak melepaskan diri dari imbasan kerajaan-kerajaan sekitarnya, Lamuru berusaha mempertahankan eksistensinya sebagai suatu kerajaan.

Akibat karena factor geografis, historis dan kekeluargaan menyebabkan Lamuru mengalami banyak masalah dan peristiwa dalam kelanjutan kehidupannya.

Daftar Raja-Raja Lamuru

1.    Petta Pitue Matanna Manurungnge
2.    Datue Ri Laue
3.    We Tenri Billi
4.    We Baji Daeng Simpare
5.    La Cella Matinroe Ritengngana Soppeng
6.    Jangko Pute
7.    La Mappasunra
8.    La Mappawre
9.    Laruppang Mongga Matinroe Ri Muttiara
10.  Colli Pujie
11.  Jaya Langkana
12.  We Pure Daeng Manerru
13.  We Tenri Baji


Kompleks Makam 

 

Kompleks Makam Raja-Raja Watang Lamuru berada di jalan Poros Makassar-Soppeng, kelurahan Lalebata, kecamatan Lamuru, kabupaten Bone. Terletak diantara sungai Selarong dan sungai Cinoko, serta diantara bukit-bukit Lapatoko.

Lamuru merupakan suatu kerajaan yang berdaulat hingga abad XVI, setelah masa itu Lamuru selalu ditimpa ketidakstabilan. Makam-makam yang terdapat di kompleks ini sebagian besar makam dari Raja-Raja Lamuru yang pernah memerintah.

Makam terbesar yang terdapat pada kompleks makam ini berukuran 4,06 m x 2,50 m x 2,24 m, dengan tinggi nisan 1,10 m. Makam terkecil berukuran 1,46 m x 0,92 m x 0,18 m, dengan tinggi nisan 0,72 m.

Visit to Bone

Tanks! Follow Me....