Dalam dunia sistem informasi terdapat banyak model sistem informasi yang bertujuan akhir memberi banyak inspirasi terhadap pembuat model untuk merencanakan sistem-sistem yang mendekati dunia nyata dengan hasil sedekat mungkin dengan aslinya. Model informasi juga diharapkan dapat digunakan sebagai alat prediksi kejadian dimasa depan dengan mendasarkan pada data yang ada pada masa lalu dan sekarang. Dari sekian banyak sistem informasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu model sistem informasi yang banyak digunakan untuk membuat berbagai keputusan, perencanaan dan analisis.
SIG atau yang lebih populer dengan nama GIS (geographical information system) adalah sebuah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis dan penayangan data; yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi. Untuk dapat mengoperasikan sistem ini dibutuhkan perangkat lunak dan keras. Perangkat lunak dalam hal ini adalah program komputer agar sesuai untuk tujuan tersebut di atas, sedangkan perangkat keras adalah peralatan komputer yang sesuai untuk pengoperasian perangkat lunaknya (
Komponen-komponen Sistem Informasi Geografi
Sistem informasi adalah adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen waktu, logika, matematis dan program yang berkaitan dengan komponen, tehnis, manusia dan komponen informasi, semua komponen ini saling membentuk hubungan di dalam satu sistem, untuk lebih jelasnya yaitu sebagai berikut:
a. Software atau program komputer adalah software SIG yang sesuai dengan tujuan organisasinya. Untuk organisasi yang memerlukan analisis jaringan dan perlu keakuratan data, maka software SIG berbasis vektor lebih sesuai. Sedangkan bagi organisasi yang banyak melakukan pemodelan spasial, maka software SIG berbasis raster lebih cocok, adapun beberapa macam software SIG misalnya: Arc View, Arc Info, MapInfo, ERMapper, Idrisi, Auto Cad, Surfer, Erdas, Envi dan Elwis.
b. Hardware, Personal Komputer (PC) dan peripheral lainnya yang dapat dioperasikan untuk menjalankan perangkat lunak, sebagai fungsi dari input, proses ataupun data. Pada saat ini peripheral input yang paling banyak dimanfaatkan adalah meja digitizer. Sedangkan untuk peripheral output pada umumnya memanfaatkan alat plotter dan printer warna.
c. Brainware atau Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang sangat penting menentukan keberhasilan pemanfaatan SIG. secara sederhana terdapat tiga tingkatan yang sebaiknya tersedia untuk mengelola SIG, yaitu : manager SIG, analisis SIG dan operator SIG.
d. Data merupakan salah satu aset atau modal organisasi untuk dapat menjalankan SIG, karena tanpa dukungan dengan data yang mempunyai validitas yang baik, maka hasil pengolahan dalam SIG nantinya tidak akan bermanfaat (Anonim, 2003).
Tahapan Sistem Informasi Geografis
Fasilitas perangkat lunak SIG digital pada dasarnya dapat dirinci menjadi 3 (tiga) sub-sistem yang saling terkait, yaitu
a. Input data, Proses input data pada SIG pada dasarnya adalah menyiapkan informasi muka bumi dalam format digital, baik yang berupa data garfis (titik, garis, dan poligon) maupun data atribut (keterangan). Data grafis atau data spasial adalah data digital yang menggambarkan fenomena permukaan bumi, yang diwujudkan dalam simbol titik, garis, dan poligon. Masing-masing fenomena tersebut mewakili fenomena khas di permukaan bumi. Data atribut atau data tabuler adalah tabel yang menggambarkan karatekteristik, kualitas, atau hubungan kenampakan peta dan lokasi geografis.
b. Pemrosesan data, pengeloalan data pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk menimbung dan menarik kembali dari arsip data dasar. Berbagai cara yang dapat digunakan dalam mengelola data pengelolaan data ini akan sejalan dengan struktur data yang digunakan. Perbaikan data dasar dengan cara menambah, mengurangi dan memperbaharui dapat dilakukan.
c. Output data, Output dari hasil pengolahan di dalam SIG dapat berupa digital yang dapat ditayangkan pada monitor, maupun dalam bentuk cetak kertas. Kedua output tersebut diperoleh dari konversi data analog, ataupun hasil pemrosesan (overlay, klasifikasi maupun hasil modeling). Selain data yang berupa grafis (peta), dimungkinkan pula diperoleh data atributnya dalam bentuk tabel. Hasil pemrosesan yang akan diwujudkan dalam cetak kertas atau cetak warna, yang berupa peta garis dengan menggunakan plotter maupun peta biasa dengan menggunakan printer (Anonim, 2003).
Rujukan :
Anonim, 2003. Aplikasi Arc View dalam Pengelolaan DAS di BP DAS Jeneberang-Walanae. Laporan KKA. Jurusan Geografi FMIPA UNM. Makassar
Budiyanto. 2002. Sistem Informasi Geografis menggunakan Arc View GIS, Andi Yogya. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar